Di kamarku yang sepi, sambil mendengarkan rintik hujan malam ini, aku hanya bisa diam dan merenung. Mungkin, aku perempuan paling tolol yang pernah ada, perempuan yang selalu mencintaimu tanpa banyak menuntut dan meminta. Ketika aku melihat foto wanita sedang bersamamu, aku hanya tersenyum sinis dan mencoba tetap berfikir positif. Dalam pikiranku, mungkin saja dia hanya ingin sekedar berfoto denganmu,mendekatimu, atau dialah yang diam-diam masuk dalam hubungan kita, dan dialah yang memurahkan diri untuk melahap habis perhatianmu.
Saat mencintaimu, aku tak ingin percaya pendapat siapapun. Aku tak ingin percaya pada bisikan orang2 bahwa kamu adalah rubah dengan wajah domba, serigala dengan tatapan kucing manja, dan kelalawar bertaring ompong. Ya, aku tak ingin percaya apa kata mereka, yang aku tahu; kamu menyayangiku dan aku sangat menyayangimu setulus hati.Kamu menawarkan banyak mimpi padaku, sebagai perempuan yang masih meraba-raba apa itu cinta; aku tak menolak untuk masuk ke dalam dunia khayalmu. Kau tidak memaksaku masuk ke dalam hujan dan badai, kau sediakan pelangimu sendiri, pelangi kita, yang ternyata-- semu.
Bahagia. Karena aku sudah mencintaimu bahkan saat kita masih bersahabat. Aku sudah memilihmu. Aku ingat bagaimana saat jemarimu menggenggam erat jemariku. Bagaimana mata itu menatap mataku dengan tatapan rindu. Bagaimana senyummu berhasil membuat aku tak ingin jauh dari ponsel, karena tak ingin berhenti menatap fotomu. Bagaimana bibirmu yang selalu terlihat tertawa ketika bersamaku memaksa aku untuk terus menceritakan hal-hal lucu, agar sekali lagi bisa aku rasakan keteduhan yang tak bisa dijelaskan; dari percakapan bodoh kita yang terjalin semalaman. Selama 3tahun ini, kamulah satu-satunya. Beberapa bulan ini,walau kita terhalang oleh jarak, namun bersamamu berhasil membuatku lupa pada masa laluku, lupa bahwa aku pernah punya luka. Kamulah yang terbaik, pikirku, dan aku tak peduli apa kata orang tentangmu. Yang jelas, aku menyayangimu, dan itu tak akan berubah meskipun kini wanita itu semakin dekat denganmu. Aku tidak peduli dan menutup telinga pada apapun yang membuatku sebenarnya tersiksa. Aku sayang kamu dan aku sangat mempercayaimu. Aku percaya kau tidak akan menyakitiku karena aku masih yakin kamu adalah kamu, kamu yang kukenal, kamu yang tanpa topeng, dan kamu yang seutuhnya dirimu. Itulah caraku menilaimu, meskipun dunia melarang kita untuk bersama, tapi bagiku tak ada alasan untuk berhenti mempertahankanmu. Namun, mereka tetap menilaiku bodoh, tolol, tidak punya otak; benarkah memang aku yang melakukan kesalahan selama ini? Namun kini kenyataannya tidak semanis dulu, aku menangis sekuat yang aku bisa. Rasanya tidak adil kalau aku menyayangi orang yang sebenarnya tak pernah menyayangiku. Rasanya tidak adil jika aku menyayangi kamu yang kurasa sempurna, namun sebenarnya penuh dusta. Rasanya tak adil jika semua ini harus terjadi padaku sementara aku merasa telah sepenuh hati menyayangimu, melakukan banyak perjuangan untukmu. Rasanya ini tak adil jika pada akhirnya aku tahu; kamu tak pantas diperjuangkan sedalam itu.